:

Kamis, 27 November 2008

Developmentally Appropriate Practices for Early Childhood

Tepatkah Anak Super Sibuk?
Tren terbaru bagi orang tua dalam menunjukan perhatiannya kepada anak adalah dengan menyediakan beragam kegiatan yang dapat dilakukan anak setelah pulang sekolah. Niat ini tentunya berawal untuk meningkatkan kemampuan dan kepintaraan anak. Tetapi, ada kalanya yang terjadi justru orang tua sengaja memberikan banyak kegiatan kepada anak dengan alasan agar anak tidak terlalu lama berada di rumah, karena ternyata mereka sendiri tidak dapat mendampingi anak-anak mereka di sore hari. Fatalnya, ada beberapa orang tua yang melakukan semua ini hanya untuk sebuah prestige & pride (gengsi atau kebanggaan), yang lebih mengarah pada kepentingan mereka sendiri.
Kegiatan pasca sekolah yang sedang popoler saat ini antara lain adalah; musik (keyboard, piano, biola), ketepatan berhitung, bahasa asing (Inggris, Mandarin), olah raga (bela diri, renang, golf mini), dan balet. Idealnya, semua kegiatan tersebut memang sarat dengan stimulasi yang sehat untuk skills development, belajar disiplin waktu, dan membuat anak mampu bersosialisasi.
Perlu diketahui, seorang anak terkadang mempunyai jadwal yang padat dengan melakukan kegiatan pasca sekolah lebih dari 2 kegiatan dalam sehari, atau 1 kegiatan berbeda pada setiap harinya dalam seminggu.
Kesempurnaan niat dan perencanaan kegiatan ini terkadang akan berakibat tragis apabila anak berbalik menjadi letih, bosan, tertekan (stressfull) dan frustasi. Keinginan awal untuk membuat anak cakap (talented) dan pintar (smart) bisa menjadi bencana untuk anak.
Menunjuk siapa sebenarnya yang bertanggung jawab dalam kondisi ‘gagal target’ ini, tentunya orang tua segan untuk disalahkan. Niat yang baik sepatutnya bisa menghasilkan sesuatu yang baik pula. Sehingga, ada beberapa hal yang harus dicermati dalam melakukan activity plan buat anak. Masalah biasanya terjadi pada proses, walaupun persiapan mental dan anggaran keuangan juga menjadi bagian dari pendukung pencapaian target.
Dalam menggagas sebuah pemikiran untuk menangulangi masalah pada anak, apapun bentuk kegiatan yang akan diberikan harus terlebih dahulu dipertimbangkan aspek-aspek seperti; active child, child-centered, individualized program (Steffen Saifer/Practical Solution).
Untuk melakukan kegiatan yang beragam, dibutuhkan anak aktif yang sehat, karena anak aktif (active child) biasanya mempunyai simpanan energi yang penuh, motivasi belajar yang tinggi, dan tahu apa yang harus dilakukan. Sehingga dalam melakukan kegiatannya, anak tidak terlalu cepat letih, tidak merasa terpaksa, dan sedikit membutuhkan perintah atau peringatan dari orang lain. Oleh sebab itu persiapan yang matang baik fisik dan mental anak harus dilakukan sebelum anak tersebut mulai mengerjakan berbagai kegiatan yang banyak dan beragam.
Selain itu, anak akan merasa selalu semangat dan ceria (fun) apabila kegiatan yang dilakukannya, merupakan kegiatan yang benar-benar dia inginkan dan disenangi (child-centered). Rasa bosan atau rasa tidak suka akan jarang muncul karena kegiatan tersebut adalah pilihan anak sendiri. Tawaran alternatif ragam kegiatan penting, dimana mereka bisa menjadi pembuat keputusan (decision maker) dalam menentukan kegiatan yang akan dan bisa memenuhi keinginan mereka sendiri.
Mencermati kegiatan yang akan disodorkan pada anak juga merupakan langkah yang tepat. Wahana kegiatan, idealnya harus tepat bagi kebutuhan individu anak (individualized program). Stimulasi yang berlebih (over stimulation) akan menjadi beban bagi anak, apabila kapasitas kemampuan menyerap ilmu tidak sebanding dengan muatan informasi yang masuk. Sebaliknya, stimulasi yang kurang akan membuat anak merasa bosan dan tidak tertantang karena sebenarnya mereka membutuhkan kapasitas masukan yang lebih besar.Kini, sebijak-bijaknya orang tua adalah apabila mereka mampu menghormati anak dengan cara mengerti mereka, yaitu dengan menengok skala kapasitas dan kebutuhan anak itu sendiri, bukan dari kacamata orang tua atau dari apa yang terbaik buat orang tua. Sah-sah saja anak sibuk dengan beragam kegiatan yang berorientasi mengunggulkan kemampuan, namun ketepatan stimulasi juga menjadi pertimbangan yang paling bijak.

Tidak ada komentar: