:

Selasa, 18 Desember 2007

Tikus Rumah

Seekor tikus mengintip dari celah di tembok sebuah rumah. Hewan pengerat itu tengah asyik mengamati sang petani dan isterinya yang sedang membuka sebuah bungkusan.

Wah, ada makanan, pikirnya. Namun, betapa terkejutnya si tikus, ternyata isi bungkusan itu adalah perangkap tikus! Langsung saja, si tikus lari kembali ke ladang pertanian. Si tikus itu menjerit memberi peringatan, “Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati, ada perangkap tikus di dalam rumah…!Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruki tanah, ia mengangkat kepalanya dan berkata, “Ya maafkan aku, Pak Tikus. Aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan buat aku sakit kepala-lah.”Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. “Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di rumah!” “Wah, aku menyesal dengan kabar ini,” kata si kambing menghibur dengan penuh simpati. “Tetapi tak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam doa-doaku!” ujar si kambing.Tikus kemudian berbelok menuju si lembu. “Oh? Sebuah perangkap tikus?” Tanya si lembu. “Jadi, saya dalam bahaya besar yah?” sambung si lembu lagi sambil tertawa.Tikus itupun kembali ke rumah dengan kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih. Di terpaksa menghadapi perangkap tikus itu seorang diri. Ia merasa sungguh-sungguh sendiri.Malam pun tiba. Terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsa. Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu. Petani pun bergegas membawanya ke rumah sakit.Si isteri kembali ke rumah dengan tubuh menggigil, demam. Dan, sudah menjadi kebiasaan, setiap orang sakit demam, obat pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat. Petani itu pun mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, mencari ayam untuk bahan supnya.Tapi, bisa ular itu sungguh jahat, si isteri tak langsung sembuh. Banyak tetangga yang datang membesuk, dan tamu pun tumpah ruah ke rumahnya. Ia pun harus menyiapkan makanan, dan terpaksa, kambing di kandang dia jadikan gulai. Tapi, itu tak cukup. Bisa ular itu tak dapat ditaklukkan. Si isteri mati, dan berpuluh orang datang untuk mengurus pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, lembu di kandang pun dijadikan panganan, untuk puluhan pelayat dan peserta selamatan.Habis sudah semua hewan ternak milik si petani. Kini Si Tikus benar-benar seorang diri. “Ah, kalau saja mereka mau mendengarkan perkataanku…” ujarnya sedih.Begitulah, segala sesuatu dalam hidup ini saling berkaitan. Jadi, kita tak bisa bersikap egois dan tak mau tahu kepentingan maupun kesulitan orang lain. Intinya, Anda tidak sendirian



[+/-] Selengkapnya...


Tidak ada komentar: