:

Selasa, 28 April 2009

Global Warming


Mengancam Kehidupan Manusia

Global warming. Sesungguhnya, apa sih global warming itu dan apa saja dampaknya pada kehidupan manusia? Sebenarnya, global warming atau pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut, dan daratan karena radiasi matahari yang terperangkap di bumi.

Menurut laporan dari World Wild Foundation (WWF), kadar CO2 yang meningkat disebabkan oleh pembakaran fossil fuel seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Pembakaran tersebut melepas karbondioksida (CO2), gas metan (CH4), nitrous oksida (N2O), hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCs ), dan sulphur hexafluoride (SF6) di atmosfer yang dikenal sebagai gas rumah kaca (GRK).
Nah, GRK dapat dihasilkan secara alamiah maupun kegiatan manusia. Namun, sebagian besar yang menyebabkan perubahan komposisi GRK di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan ke angkasa sebagai hasil sampingan dari aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan perindustrian, penyediaan energi listrik, transportasi, dan hal lain yang bersifat membakar suatu bahan. Peristiwa alam juga bisa menghasilkan GRK. Misalnya, letusan gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, dan peternakan. Bahkan, kita bernapas pun mengeluarkan GRK.
Lihat saja kondisi Teluk Jakarta, yang semakin terpuruk. Hasil tangkapan nelayan setempat pun semakin berkurang. Itu bukan karena climate change, tapi karena polusi. Selama ini sungai-sungai besar yang berada di Jawa Barat, semua bermuara ke Teluk Jakarta. Bila di lihat dari laporan penelitian Sungai Cisadane yang ada di Parung, seluruh aktivitas manusia yang berada di sepanjang jalur sungai, membuang "sampah"nya ke sungai dan bermuara di Teluk Jakarta. Jadi, pantaslah kalau produktivitas di teluk itu menurun. Tingkat polutan yang makin tinggi yang tidak bisa ditolerir oleh makhluk seperti ikan, membuat mereka meninggalkan tempat tersebut dan mencari tempat baru yang lebih nyaman. Atau, ikan-ikan itu pusing tujuh keliling, daya tahan atau survival rate-nya terbatas, dan akhirnya mati.

Menimbulkan 35 Jenis Penyakit Infeksi Baru

Dampak pemanasan global diprediksi bisa mengancam kehidupan manusia. Bagaimana itu bisa terjadi? Laporan badan panel PBB antarpemerintah tentang perubahan iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change) menyebutkan, rata-rata temperatur permukaan bumi sekitar 15 derajat Celsius (59 derajat Fahrenheit). Dalam kurun waktu seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur itu meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit).
Para ilmuwan memperkirakan, keadaan akan lebih panas pada 2100 yang mencapai 1,4-5,8 derajat Celsius (2,5-10,4 derajat Fahrenheit). Kenaikan temperatur tersebut akan mencairkan es di kutub dan menghangatkan lautan. Akibatnya, volume lautan meningkat dan permukaannya naik sekitar 9-100 sentimeter (4-40 inci). Banjir akan timbul di daerah pantai dan mungkin menenggelamkan pulau-pulau Terdapat sekitar 35 jenis penyakit infeksi baru yang timbul akibat perubahan iklim. Misalnya penyakit malaria, wilayah penyebarannya bakal makin meluas. Nyamuk berkembang biak pada suhu lembab dan panas, maka dengan bertambahnya nyamuk, kontak dengan manusia juga bertambah.
Dampak pemanasan global yang utama, antara lain kerusakan lingkungan yang menyebabkan banjir dan kebakaran hutan, tentu berdampak terhadap kesehatan manusia, misalnya kualitas air yang kita minum, udara yang kita hirup, dan makanan yang kita makan.
Salah satu langkah pencegahan penyakit-penyakit itu bisa melalui Sistem Bio Informatika, yaitu penanganan perubahan dengan mengadakan peringatan dini sebelum terjadi wabah. Dari sisi kesehatan lingkungan, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan dikembangkannya Desa Sehat oleh Departemen Kesehatan. Untuk itu, Depkes mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan, antara lain memakai pengamanan vaksin yang dulu memakai minyak tanah, kini menggunakan tenaga surya.
Kondisi dan strategi program kesehatan yang dikembangkan di Indonesia saat ini masih relevan. Ada empat bidang penelitian kesehatan yang harus turut serta, yaitu bidang gizi, ketersediaan pangan, pengembangan obat-obatan, termasuk obat tradisional, dan terakhir, pengendalian penyakit, baik penyakit menular maupun tidak menular.

Tidak ada komentar: